Rabu, 29 Agustus 2012

lebih dekat dengan SBY

http://v-images2.antarafoto.com/gec/1285662001/ekonomi%20dan%20bisnis-buku-seri-sby-01.jpg

Kontroversi Buku SBY "Lebih Dekat Dengan SBY" yaitu sebuah buku yang akhir-akhir ini menjadi pembicaraan di khalayak umum. Buku Pak SBY yang beredar di sekolah-sekolah ini menerima banyak kritikan. Namun ada juga yang pro, kita sebaiknya menyimak saja pendapat yang sedang bergulir.



Sementara itu Dirjen Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemdiknas, Suyanto, berpendapat bahwa buku seri mengenai Presiden SBY yang berjudul "Lebih Dekat dengan SBY", tidak bermuatan politis. Menurutnya, ini hanyalah sebuah buku biasa yang menceritakan tentang tokoh. "Tidak ada unsur politis sama sekali di dalamnya. Ini hanya buku mengenai seorang tokoh, yang kebetulan Presiden yang saat ini masih menjabat," ungkap Suyanto dalam konferensi pers klarifikasi peredaran buku SBY di Gedung Kemdiknas, Jakarta.

Suyanto juga mengungkapkan bahwa buku tersebut masih bisa dikatakan cocok untuk dibaca oleh siswa-siswi sekolah menengah pertama (SMP). Lebih jauh dikatakannya, penggunaan kalimat dan bahasa di dalam isi buku tersebut biasa saja. "Bahasanya biasa saja. Kalaupun dinilai bahasa tingkat tinggi, janganlah under-estimate terhadap siswa SMP. Para siswa SMP itu sudah mampu membaca buku yang isinya menuntut mereka berimajinasi tinggi, layaknya buku Harry Potter yang dikarang JK Rowling," tukasnya.

Dengan begitu, Suyanto kembali menerangkan bahwa buku mengenai tokoh SBY yang terdiri dari 10 seri tersebut, bukanlah buku yang sengaja diterbitkan untuk berkampanye. "Para penulisnya (buku ini) bukanlah penulis yang didikte untuk membuat buku ini. Misalnya, salah satu seri buku SBY yang berjudul 'Indahnya Negeri Tanpa Kekerasan'. Yang menulis bukanlah (orang) pesanan, tetapi adalah penulis senior dari media," sebutnya.

Selanjutnya, Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Diah Harianti juga mengungkapkan, buku yang jenisnya seperti ini sudah banyak yang terbit dan lolos penilaian Puskurbuk. Ia menyebutkan contoh antara lain buku yang menceritakan tokoh-tokoh pahlawan, tokoh seniman dan lain-lain. "Mungkin ini kebetulan saja, tokoh buku ini mengenai SBY, yang mana masih menjabat sebagai Presiden. Jadi rame," serunya.

Dikatakan Diah, buku seri SBY yang beredar di Tegal, Jawa Tengah ini menurutnya telah memenuhi persyaratan. Selain karena harganya murah, buku ini juga telah lolos penilaian. "Saat ini ada 807 judul buku pengayaan yang telah lolos penilaian, dengan berbagai macam kategori. Buku SBY ini adalah satu satu judul buku yang lolos penilaian tersebut," imbuhnya.

sumber :  http://fan2be.blogspot.com/2011/01/buku-sby-lebih-dekat-dengan-sby-sebuah.html

pidato SBY terkait kekerasan terhadap anak


TEMPO.CO, Jakarta--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegur beberapa anak yang mengantuk bahkan tertidur ketika ia berpidato Rabu 29 Agustus 2012 kemarin. Nada suaranya tak sekeras layaknya menegur menteri atau kepala daerah yang tidak menyimak kata-katanya dengan baik. Tetapi tindakan tersebut dinilai Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait sebagai bentuk kekerasan verbal kepada anak.
"(Teguran) itu sudah termasuk kekerasan verbal karena mempermalukan anak di depan umum," kata Arist saat dihubungi Tempo, Rabu, 29 Agustus 2012. Baca juga: SBY Pidato, Anak-Anak Tidur
SBY hadir dan berpidato di peringatan Hari Anak Nasional di TEater IMAX Keong Mas Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Presiden, Arist melanjutkan, seharusnya memahami anak-anak sudah standby di tempat seremoni jauh sebelum kedatangannya. "Terlepas dia sebagai kepala negara, seharusnya dia bisa memahami suara anak tidak perlu ditegur seperti itu," Arist menyambung.
Penggiat perlindungan anak yang memilih boikot dari peringatan Hari Anak Nasional tahun ini juga kecewa dengan perhelatan yang ditunda lebih dari satu bulan ini. "Mengecewakan sekali, hanya seremoni yang membuang-buang uang," kata dia.
Arist menambahkan dengan tema "Bersatu Mewujudkan Indonesia Ramah Anak", seharusnya pemerintah menunjukkan tindakan nyata dalam perlindungan anak. Tidak cukup hanya mengklaim sudah melakukan perlindungan dan pemberdayaan anak.
Ia mengatakan masih banyaknya kekerasan kepada anak, membuktikan pemerintah dan masih banyak orangtua yang belum melindungi anak dengan maksimal. "Anak sudah cukup mendengar petuah supaya jujur dan bertakwa, yang sekarang dibutuhkan anak adalah tindakan nyata dan kepedulian dari pemerintah dan orangtua," kata dia.